Katanya, nama Rasulullah itu seringnya disebut di dalam masjid. Di pengajian-pengajian gitu..Apa iya? Setelah kupikir bener juga sih. Jarang kan kita dengar nama Nabi Muhammad, SAW ada di pasar modal ato di dunia perbankan, ato juga di pasar tradisional, ato di pom bensin, yang sangat mudahnya kita melihat perputaran perekonomian harian. Sekalinya nama Muhammad disebut, yang langsung nyangkut di kepala apa coba? POLIGAMI hehehe...
Kemana biasanya kita berkiblat kalo bicara ekonomi? Dunia Barat ! Antony Robin? or Robert T. Kiyosaki? Siapa yang enggak kenal mereka? Aku yang gak kenal, hihihi...berkiblat sih iya, parah nih.....Padahal, kita umat Islam punya sosok istimewa dan sempurna tak kurang juga teladannya dari sisi bisnis & ekonomi.
Ironisnya, keteladanan Muhammad justru lebih diakui oleh para Yahudi ketimbang kita sendiri umat muslim. Demikian prolog yang disampaikan oleh Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec dalam acara bedah buku barunya berjudul " Muhammad, SAW -- The Super Leader Super Manager (Teladan Sukses Dalam Hidup & Bisnis). Weleh, kalo udah soal bisnis nih gue mantafff dengerinnya...
Sejujurnya aku nda tau sih nama Nabi Muhammad disebut enggak di Bursa Efek karena lom pernah ngubek-ngubek bursa. Dari paparan Dr. Syafii Antonio si penulis, aku setuju iya betul gak pernah disebut di kancah perekonomian, ceile....kalo ditunjukin hasil perekonomian kita kayak apa sekarang. Di bank, juga iya dulu denger Nabi Muhammad dibahas pas ceramah buka puasa Ramadhan aja, gimana puasanya Nabi Muhammad. Bukanya cuma pake kurma & zam-zam. That all...Enggak tuh pak ustadnya kaitin ajaran yang dibawa Nabi kita soal bunga bank yang aslinya kerjaan Yahudi. Enggak juga dibahas haramnya pake kartu kredit karena RIBA. Ada pesan sponsor kali...
Sebagai ibu-ibu yang suka juga ke pasar, pas pulang ternyata timbangan ikanku kurang --- hiy si tukang ikan ga pake ajaran Muhammad, emang betul sih. Di pom bensin juga yang pengusahanya nyuri meteran, sok wae... Dimana ajaran Muhammad, SAW? Ya, di dalam masjid, ketika kita beribadah otomatis kita membawa ajaran nabi Muhammad, SAW --- setuju.
Padahal kalo kita hitung, berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk beribadah? Ke masjid ato sendirian di rumah. Kalo aja 5 kali setiap solat ke masjid makan waktu 15 menit x 5 = cuma makan waktu 1 jam 25 menit. Sementara urusan bisnis/kerjaan makan waktu berapa dari total 24 jam yang kita jalani tiap hari. Yang pasti lebih dari 5x waktu solat. Itu juga kalo solatnya 5 kali Jadilah kita ini angkatan 68 semua. Pergi jam 6 pulang jam 8 !
Jadi waktu-waktu produktip kita menghasilkan alias memutar roda perekonomian memakan waktu lebih lama dari waktu kita beribadah, umumnya. Kecuali para sufimungkin. Pantesan Indonesia terpuruk aja nih karena enggak bawa ajaran nabinya ketika berbisnis. Kita mengalami krisis keteladanan yang katanya lebih parah dari krisis pangan, minyak, krisis, krisis tempe, dll... dll.... dll...
Indonesia butuh teladan Muhammad
Dunia butuh Islam
Dunia dan Indonesia ini lagi krisis, ya krisis keteladanan...
Jejak keteladanan Muhammad dalam buku ini dikaji dalam 8 sisi kehidupannya yang dimasukkan dalam Teori Leadership & Management Modern :
Kemana biasanya kita berkiblat kalo bicara ekonomi? Dunia Barat ! Antony Robin? or Robert T. Kiyosaki? Siapa yang enggak kenal mereka? Aku yang gak kenal, hihihi...berkiblat sih iya, parah nih.....Padahal, kita umat Islam punya sosok istimewa dan sempurna tak kurang juga teladannya dari sisi bisnis & ekonomi.
Ironisnya, keteladanan Muhammad justru lebih diakui oleh para Yahudi ketimbang kita sendiri umat muslim. Demikian prolog yang disampaikan oleh Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec dalam acara bedah buku barunya berjudul " Muhammad, SAW -- The Super Leader Super Manager (Teladan Sukses Dalam Hidup & Bisnis). Weleh, kalo udah soal bisnis nih gue mantafff dengerinnya...
Sejujurnya aku nda tau sih nama Nabi Muhammad disebut enggak di Bursa Efek karena lom pernah ngubek-ngubek bursa. Dari paparan Dr. Syafii Antonio si penulis, aku setuju iya betul gak pernah disebut di kancah perekonomian, ceile....kalo ditunjukin hasil perekonomian kita kayak apa sekarang. Di bank, juga iya dulu denger Nabi Muhammad dibahas pas ceramah buka puasa Ramadhan aja, gimana puasanya Nabi Muhammad. Bukanya cuma pake kurma & zam-zam. That all...Enggak tuh pak ustadnya kaitin ajaran yang dibawa Nabi kita soal bunga bank yang aslinya kerjaan Yahudi. Enggak juga dibahas haramnya pake kartu kredit karena RIBA. Ada pesan sponsor kali...
Sebagai ibu-ibu yang suka juga ke pasar, pas pulang ternyata timbangan ikanku kurang --- hiy si tukang ikan ga pake ajaran Muhammad, emang betul sih. Di pom bensin juga yang pengusahanya nyuri meteran, sok wae... Dimana ajaran Muhammad, SAW? Ya, di dalam masjid, ketika kita beribadah otomatis kita membawa ajaran nabi Muhammad, SAW --- setuju.
Padahal kalo kita hitung, berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk beribadah? Ke masjid ato sendirian di rumah. Kalo aja 5 kali setiap solat ke masjid makan waktu 15 menit x 5 = cuma makan waktu 1 jam 25 menit. Sementara urusan bisnis/kerjaan makan waktu berapa dari total 24 jam yang kita jalani tiap hari. Yang pasti lebih dari 5x waktu solat. Itu juga kalo solatnya 5 kali Jadilah kita ini angkatan 68 semua. Pergi jam 6 pulang jam 8 !
Jadi waktu-waktu produktip kita menghasilkan alias memutar roda perekonomian memakan waktu lebih lama dari waktu kita beribadah, umumnya. Kecuali para sufimungkin. Pantesan Indonesia terpuruk aja nih karena enggak bawa ajaran nabinya ketika berbisnis. Kita mengalami krisis keteladanan yang katanya lebih parah dari krisis pangan, minyak, krisis, krisis tempe, dll... dll.... dll...
Indonesia butuh teladan Muhammad
Dunia butuh Islam
Dunia dan Indonesia ini lagi krisis, ya krisis keteladanan...
Jejak keteladanan Muhammad dalam buku ini dikaji dalam 8 sisi kehidupannya yang dimasukkan dalam Teori Leadership & Management Modern :
- Kepribadiannya sendiri
- Bisnis
- Keluarga
- Dakwah
- Sosial & Politik
- Pendidikan
- Sistem Hukum
- Militer
Kembali soal bisnis yang dipaparkan dalam bedah buku itu, ustad Antonio yang seorang muallaf dengan nama asli Nio Gwan Chung ini membesarkan hati soal keterpurukan ekonomi Indonesia saat ini. Masa Nabi Muhammad dulu ada suatu masa sangat sulit juga, makanan tidak ada, blokade terhadap kaum muslim menggila hampir 3 tahun lamanya. Tapi Muhammad mampu mengangkat derajat ekonomi masa itu dengan gemilang, tentu dengan budi pekerti bak Qur'an berjalan. Seandainya kita bisa memasukkan 2 dasar terpenting panutan hidup muslim, Al Qur'an dan sunnah, Insya Allah kita bisa keluar dari masalah ekonomi. Enggak akan ada kasus pengemplang dana BLBI, enggak ada koruptor2 itu yang abis korupsi tinggal kabur keluar negeri, beres urusan. Gak akan ada cerita tempe menghilang dari pasaran seperti tempo hari, parah banged rupanya.
Jiwa bisnis Muhammad, sejak kecil sudah terlihat justru timbul karena keterbatasan hidupnya. Sejak kecil telah jadi yatim piatu, ikut paman harus berbagi makanan dengan anak-anak pamannya. Muhammad kecil tidak bisa berebut, di pojokan bibirnya membiru dengan wajah pucat. Sang paman bertanya kenapa?...Ternyata kelaparan karena tidak kebagian rebutan makanan dengan anak-anak pamannya. Dari situ tumbuh keinginannya untuk bisa mandiri, harus bisa kenyang dengan usahanya sendiri.
Muhammad kecil sudah mulai berdagang sejak usia 8 tahun, tanpa modal. Kalo ada yang mau bisnis kecut karena kagak ada modal katanya, Muhammad bisnis gak pake modal duit. Beliau hanya punya kepercayaan, jujur sih orangnya! Dr. Syafii Antonio juga mencontohkan hal serupa ini yang dimiliki seseorang yang tanpa modal bisa jualan kerudung dengan modal kepercayaan pemilik grosir kerudung di Tanah Abang.
Jadi Muhammad hanya punya kepercayaan dari orang, bawa barang dari kota A, dijual di kota B. Beli barang di kota B, dijual di kota C. Beli barang di kota C, dijual di kota D. Begitu seterusnya area perdanganagan beliau mencakup daerah yang sangat luas sejazirah Arab bahkan keluar hingga beliau mencapai tingkat ekonomi yang sangat tinggi. Modal awal? KEPERCAYAAN. Jadi yang gak punya modal kayak aku ga bole dunk ya putus asa, hehehe...Trus kayaknya perlu ditambahin deh, mau kerja keras.
Kalo di pengajian gembar-gembor perintah zakat, infaq, shadaqoh, entar dulu.... Jangan salah, bukan enggak mau mengerjakan cuma masalahnya untuk bisa melakukan itu, awal sekali yang perlu dilakukan adalah memberdayakan masyarakat yang diawali dengan meningkatkan tingkat produksi dan memaksimalkan marketing, yang akhirnya menghasilkan uang.
Betul banged, mana bisa zakat kalo ndak punya uang. Disinilah buku ini berperan memaparkan bagaimana teladan Rasulullah berbisnis hingga mencapai tingkat kemakmuran yang tinggi, akhirnya bisa berinfak bersedekah sebanyak-banyaknya. Saya pribadi setuju banged sama hal ini. Kalo dikajian ibu-ibu perlu sedekah katanya, digojlog-gojlog sedekah tiap hari, tapi minta mulu sama suami, hehehe...terbatas dunksedekahnya dikit, tergantung kebaikan suami ajah. Moso masuk surganya tergantung tangan suami?..Malahan ada yang bikin masalah. Setuju banged kalo ibu-ibu juga perlu penghasilan sendiri, menaikkan produktivitas supaya income naik pula trus sedekah deh banyak-banyak... (bukan promosi loh ya.)
Jadi yang perlu dilakukan adalah memberdayakan manusia mencapai produktivita tinggi tapi berjalan diatas koridor Islami. Al Qur'an sudah jelas, satunya lagi ya teladan Rasulullah, SAW melalui haditsnya. Masukkan dalam setiap sendi perekonomian kita, Insya Allah berkah deh bisnisnya -- Amin.
Nabi Muhammad juga mencontohkan bagaimana beliau mengelola asset yang beliau miliki, bagaimana mengatur ekonomi rumah tangga. Dari penghasilan itu kemana duluan harus dialokasikan ?? Buku ini bisa menjadi pencerahan perbaikan ekonomi Indonesia yang bisa dimualai dari diri kita duluan aja....
0 komentar:
Posting Komentar